Ternate, 6 Oktober 2022. Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara melaksanakan pemantauan pembelajaran bahasa Ternate di lingkungan sekolah tingkat SD/sederajat, SMP/sederajat dan komunitas di Kota Ternate. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada tanggal 3—8 Oktober 2022. Kegiatan Ini merupakan tahapan dari program Revitalisasi Bahasa Daerah di Maluku Utara.

Sebanyak 53 sekolah dan 12 komunitas akan dikunjungi oleh tim pemantauan pembelajaran bahasa daerah Ternate di Kota Ternate. Pada kunjungan ini, tim akan melakukan wawancara dengan guru master dan kepala sekolah, serta meninjau simulasi pembelajaran bahasa daerah Ternate yang dilakukan oleh guru master kepada siswa.

Beberapa Guru Master menyampaikan bahwa pembelajaran bahasa daerah yang diterapkan di kelas mengikuti model pembelajaran yang diperoleh pada saat Pelatihan Guru Master untuk Tunas Bahasa Ibu yang dilaksanakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara.  Sidna Ade, S.Pd. sebagai salah satu peserta yang telah mengikuti TOT mengungkapkan bahwa dia telah menerapkan model pembelajaran tersebut di kelas.  “Saya menggunakan model pembelajaran yang telah diajarkan pada saat TOT Guru Master”, tutur Sidna Ade selaku guru Bahasa Indonesia di MTS Negeri Kota Ternate. Meskipun demikian, Ade menyatakan bahwa masih ada kendala yang dialami saat mengimplementasikan materi yang telah diperolehnya. Kendala yang dialami antara lain sekolahnya belum memiliki perangkat pembelajaran dan belum ada dukungan kebijakan penerapan bahasa Ternate. “Saat ini, saya berbekal model pembelajaran yang telah diajarkan selama pelatihan dan mencoba meluangkan waktu sekitar 15—20 menit untuk berbahasa Ternate sebelum memulai pembelajaran di kelas”.

Hal yang berbeda ditemui di SDN 44 Kota Ternate. Menurut Eva Safii, S.Pd. selaku guru bahasa Ternate, di sekolah ini cukup heterogen. Walapun demikian, hal tersebut tidak menghalangi anak untuk belajar bahasa daerah Ternate. “Ada siswa yang bukan dari Suku Ternate akan tetapi  siswa itu  mampu melafalkan bahasa Ternate dan mereka mengerti apa yang disampaikan” ungkapnya. Eva menjelaskan bahwa cara dia mengajar bahasa Ternate tergantung pada kelas yang memperoleh mata pelajaran. “Untuk kelas V, saya meminta anak-anak untuk membaca cerita rakyat berbahasa Ternate”. Diakui oleh Eva, terkadang anak-anak sukar memahami cerita tersebut jika dibacakan dalam bahasa Ternate. Untuk membantu anak-anak memahami isi dari cerita, maka Eva akan menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Metode yang berbeda diterapkan oleh Eva di kelas. “Di kelas II SD misalnya, saya mengajarkan pelafalan kata bahasa Ternate”,tutupnya.

Tim Humas Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *