Sastra lisan adalah kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan masyarakat. Suatu kebudayaan yang disebarluaskan secara turun-temurun atau dari mulut ke mulut (Hutomo, 1990:1). Sastra lisan berbentuk puisi dan prosa merupakan ragam atau genre yang sering digunakan secara turun-temurun pada acara-acara budaya seperti pernikahan atau acara keagamaan lainnya. Setiap daerah memiliki jenis sastra lisan tersendiri yang umumnya menggunakan bahasa daerah.

Seiring perkembangan zaman, sastra lisan mulai ikut tergerus bahkan mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Padahal setiap sastra lisan mengandung unsur nilai seperti nilai luhur dan moral. Nilai berupa nasihat dalam kehidupan bermasyarakat yang disadarkan pada pendekatan agama. Hal ini dimaksudkan agar manusia dapat melaksanakan  nasihat tersebut dan dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan bermasyakat. 

Sastra lisan tersebar di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara yang memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing.  Pertama, di Kota Ternate terdapat jenis sastra lisan seperti Cum-Cum, Dalil Tifa, Dalil Moro, Dolabolo, Pandara, Rorasa dan Tamsil. Kedua, di Kota Tidore terdapat jenis sastra lisan seperti Dalil Tifa, Dalil Moro, Dolabolo dan Kabata. Di Kabupaten Halmahera Barat terdapat jenis sastra lisan seperti Bobaso, Dodora, Gegaro, Lelehe, Salumbe, Totoade, dan Wela-wela (Sri Rejeki Manalu,2020).

Di Maluku Utara memiliki banyak ragam dan jenis sastra lisan. Ada yang sudah dipetakan, sudah dikaji daya hidupnya, hingga dilakukan tindakan konservasi dan revitalisasi. Setiap sastra lisan memiliki ciri khas, fungsi, dan tujuannya masing-masing. Tidak bisa dipungkiri bahwa di era yang sekarang ini, beberapa sastra lisan sudah jarang digunakan pada acara-acara adat, pesta, dan kebudayaan lainnya. Memang tidak semua sastra lisan diterapkan pada semua acara, akan tetapi sastra lisan digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Misalnya, jenis sastra lisan  Cum-Cum merupakan sastra lisan yang umumnya dipakai di tempat dan di situasi berkabung. Sastra lisan Dodora dalam masyarakat Tobelo (Kabupaten Halmahera Utara) merupakan ungkapan suka cita dan kesedihan yang biasanya dilisankan pada suasana perpisahan dalam keluarga berupa kematian. Sastra lisan Kabata dalam masyarkat Tidore  dilisankan sebelum hajatan atau tradisi seperti salai jin atau hajatan lainnya. Kabata dipertunjukkan pada momen-momen istimewa, seperti syukuran saat panen tiba, musyawarah pemilihan Sultan Tidore, atau pada upacara kematian pemimpin adat. Kabata juga hadir dalam kehidupan pribadi masyarakat Tidore. Syair kabata dipercaya dapat memberi pemulihan pada keluarga-keluarga yang kesusahan dan orang sakit yang sulit disembuhkan secara medis.

Sastra lisan di Maluku Utara sangat beragam, ada yang bisa dipublikasi dan dinikmati oleh masyarakat serta ada pula yang tidak. Hal tersebut dapat dilihat pada laman Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara, jenis sastra lisan yang sudah dipetakan dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat luas.

Daftar Pustaka.

  1. Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan. Jawa Timur: HISKI.
  2. Sri Rejeki Manalu, dkk, Ensiklopedi Sastra Maluku Utara Jilid 1 , Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara, Tahun 2020.

Penulis: Abe/ Abdul Rahim Husin

Penyunting: Riskal Ahmad, S.S.

Unit Kerja: Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *