Skip to content
: kantor.bahasamalut@kemdikbud.go.id

Pemetaan Sastra Lisan di Kabupaten Halmahera Barat

Pemetaan Sastra Lisan di Kabupaten Halmahera Barat

Pemetaan Sastra Lisan

Konsep pemetaan sastra (mapping literature) dalam penelitian pemetaan sastra ini bukan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur kartografi dalam ruang fiksi (cartographic components of literature). Namun, pemetaan sastra yang dimaksud di sini adalah upaya memetakan khazanah sastra (mapping the wealth of literature) yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat tutur bahasa lisan.

Bahasa lisan dijadikan titik acuan, populasi dalam penelitian pemetaan sastra dapat ditentukan berdasarkan wilayah tutur bahasa lisan. Karena kondisi persebaran bahasa lisan di Kabupaten Halmahera Barat cukup luas, peneliti dapat memilih sampel dari populasi yang dianggap menjadi representasi keberadaan sastra lisan di wilayah masyarakat tutur bahasa yang bersangkutan. Sampel lokasi yang menjadi latar penelitian diistilahkan dengan daerah pengamatan (DP).

Pemetaan sastra lisan dalam rangka memetakan khazanah sastra Indonesia ditujukan untuk menemukan beberapa poin diantaranya, 1) menemukan bentuk dan jenis sastra lisan yang tumbuh dan berkembang di wilayah tutur; 2) menemukan sebaran geografis bentuk dan jenis sastra lisan yang tumbuh dan berkembang di wilayah tutur; 3) sebagai gambaran masyarakat pendukung sastra lisan yang tumbuh dan berkembang di wilayah tutur; 4) sebagai perbandingan bentuk sastra lisan yang tumbuh dan berkembang di wilayah tutur tertentu dengan sastra lisan yang tumbuh dan berkembang di daerah asalnya.

Pemetaan Sastra Lisan dilaksanakan pada tanggal 28 Juni—3 Juli 2021.Daerah pengambilan data yaitu di Desa Talaga, Desa Awer, Desa Taraudu, dan Desa Loce, Kabupaten Halmahera Barat.

Informan yang terlibat mulai dari masyarakat adat, tokoh adat, pemilik sastra lisan, dan pemerhati budaya. Peneliti tidak menemukan kategori sastra lisan yang berupa manuskrip dan sastra cetak. Sastra lisan yang berhasil dipetakan adalah sastra lisan berbahasa Ternate dan Sahu. Adapun dua bahasa lainnya yaitu bahasa Gorap dan Bahasa Ibo (ibu) belum bisa dijangkau oleh peneliti. Data yang diperoleh berupa sastra lisan Mai’o, Pantun/syair, Cum-cum/teka-teki, Dolabolo, Bobita/sambutan, Siloloa/mempersilakan makan, dan cerita rakyat talaga rano.

Penulis: Riskal Ahmad, dkk

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *