Kajian Vitalitas Sastra Lisan Mai’o di Kabupaten Halmahera Barat

Kajian Vitalitas Sastra merupakan tahapan lanjutan dalam pelindungan sastra setelah dilakukan pemetaan sastra. Kajian ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana daya hidup sastra lisan suatu daerah. Secara umum yaitu untuk mengetahui status kebertahanan hidup sastra lisan Mai’o di Kabupaten Halmahera Barat. Selama kegiatan kajian vitalitas sastra Mai’o dilaksanakan, selain tim dari Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara, terlibat pula beberapa orang seperti maestro, masyarakat adat, tokoh adat, pemilik sastra lisan, dan pemerhati budaya yang ada di Kabupaten Halmahera Barat.
Kajian vitalitas sastra merupakan langkah awal dalam pengonservasian sastra. Pemilihan objek kajian vitalitas sastra, yakni sastra berbahasa daerah, harus didasarkan hasil pemetaan bahasa dan pemetaan sastra. Artinya, bahasa dan persebaran sastranya sudah dipetakan. Jika sastra tersebut belum dipetakan, pemetaan sastra dapat dilaksanakan bersamaan dengan kajian vitalitasnya. Kajian vitalitas sastra difokuskan pada karya sastra lisan yang memiliki sistem pewarisan dan didukung suatu komunitas/kelompok masyarakat tertentu.
Kajian vitalitas sastra lisan Mai’o dilaksanakan di tiga desa, yaitu Desa Loce, Desa Awer, dan Desa Gamtala. Desa Loce dan Desa Awer berada di wilayah Kecamatan Sahu Timur, sedangkan Desa Gamtala berada di wilayah Kecamatan Sahu, Kabupaten Halmahera Barat. Kajian Vitalitas Sastra Lisan Mai’o dilaksanakan selama 5 hari yaitu pada tanggal 23—27 Agustus 2021.
Vitalitas sastra dapat diketahui dari dua hal yang dihubungkan, yaitu hubungan semua variabel jenis kelamin, kelompok usia, perkawinan, etnis, pendidikan, dan bahasa ibu dengan subindeks indikator. Selain itu dilakukan pengujian pada 8 aspek sastra lisan, yaitu (1) pewarisan sastra Mai’o di kalangan generasi muda, (2) proporsi penutur Mai’o dalam populasi penduduk, (3) peralihan ranah sastra Mai’o, (4) alih wahana sastra Mai’o, (5) sastra Mai’o dalam pembelajaran sekolah, (6) sikap pemerintah terhadap sastra Mai’o, (7) sikap masyarakat terhadap sastra Mai’o, (8) jumlah dan kualitas dokumen sastra lisan. Dapat disumpulkan bahwa status daya hidup Mai’o “mengalami kemunduran” dan dibutuhkan tindakan lanjutan berupa revitalisasi sastra
Penulis:Riskal Ahmad, dkk